Featured Video

Rabu, 22 Desember 2010

Bawang Goreng Palu

 
Bawang Goreng Palu sangat garing,renyah dapat dimakan seperti kerupuk dan diproduksi tanpa bahan pengawet, berkwalitas dan hanya terdapat didaerah Palu.
Sekali coba, dijamin deh bakal ketagihan !!!


Bawang goreng ini, tidak terbuat dari bawang merah biasa yang ada di pasaran. Tapi, terbuat dari bawang merah yang hanya tumbuh di daerah palu.
Rasanya kriuk kriuk gitu n lama-lama berasa manis di mulut.

Bawang Goreng Palu

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki oleh-oleh yang khas. Bagi warga Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), bawang goreng menjadi oleh-oleh yang wajib diberikan kepada sanak saudara ataupun teman. Kini, bawang goreng Palu telah masuk ke pasar dunia. Sebab, menurut pemerintah Sulteng, Senin (8/9), bawang goreng Palu selalu diikutsertakan dalam pameran nasional dan internasional. Dalam pameran itu, banyak warga asing yang membeli bawang goreng Palu untuk dijadikan oleh oleh ke negaranya. Seperti Prancis, Malaysia, dan China. Untuk lebih menarik pembeli, pemerintah Sultengpun mengingatkan para pengusaha agar memperbaiki kualitas produknya.

Keunggulan
Bawang goreng Palu memang memiliki keistimewaan karena cita rasanya yang khas. Yakni, gurih, renyah, dan harum. Sebab, bahan bakunya adalah bawang merah Palu. Bawang merah ini tumbuh di lembah Palu yang memiliki iklim dan jenis tanah yang berbeda. Kedua faktor inilah yang membuat umbi bawang berbau harum. Selain cita rasanya, bawang goreng ini juga tahan lama. Jika dikemas dalam alumunium foil dan disimpan di lemari pendingin, bawang ini bisa bertahan lebih dari dua tahun! Rasa dan aromanya pun tidak akan berkurang. Ingin mencobanya?

Selasa, 21 Desember 2010

Bawang Goreng Palu Tembus Pasar Malaysia

Bawang goreng khas kota Palu, Sulawesi Tengah yang terkenal gurih dan renyah kini telah menembus pasar Malaysia. Setiap bulan, satu kontainer bawang goreng asal Palu diekspor langsung ke negeri jiran tersebut.

Kepala Bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Palu, Rahman L menuturkan, sejak 2009 lalu, salah satu distributor makanan di Malaysia telah bekerjasama dengan untuk mengimpor bawang goreng dari Palu. Pameran dagang ini digelar kemarin hingga Kamis (11/11).
Menurut Rahman, setiap bulan satu kontainer bawang goreng telah dipesan dari Malaysia. Hanya pihaknya tak bisa memenuhi permintaan mereka secara keseluruhan. Selain karena bahan baku terbatas, permintaan di dalam negeri juga cukup tinggi.
Bahkan, kata dia, untuk tahun 2009, Palu hanya bisa mengirim 9 kontainer. Terbatasnya bahan baku menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kota Palu untuk mengembangkan industri bawang goreng yang biasa dijadikan buah tangan khas Palu ini.
Karena itu, Pemerintah Kota Palu berusaha menaikkan produksi bawang batu dengan menggandeng perguruan tinggi dan kelompok tani di daerah tersebut. Selain bawang goreng, dalam “Intrade 2010” ini, Pemkot Palu juga membawa beberapa komuditi unggulan khas daerah Palu, seperti kayu eboni, rotan, kakao serta batik khas Palu.

Sabtu, 18 Desember 2010

WARUNG ''MAS JOKO'' BAKAL DIKENAI PAJAK

PALU (16/12) – Tak hanya DKI Jakarta yang mengutip pajak dari pedagang makanan kecil. Pemerintah kota Palu mulai mematangkan pungutan pajak untuk usaha kecil yang satu ini. Warung makan yang mangkal di pinggir jalan atau yang lebih popular disebut warung tenda atau warung tegal alias warteg, sebentar lagi akan menjadi sasaran petugas pajak. Saat ini DPRD Kota Palu, sedang menggodok regulasinya. warung  yang disasar adalah yang penghasilan Rp3 juta perbulan. Regulasi pajak warteg saat ini sedang dibahas dalam sidang lanjutan Pansus I DPRD Kota Palu dan diharapkan akan rampung dalam waktu tidak terlalu lama.
Anggota Pansus Arfandi Labanu, mengungkapkan keyakinannya bahwa penetapan pajak untuk warung makan kecil berkualifikasi warteg ini tidak akan memberati warga yang menjalankan usaha ini.
Pansus katanya sudah memikirkan matang-matang  efek yang ditimbulkan dari keputusan politik yang dilahirkan oleh DPRD Kota Palu itu. ‘’Saya kira Pansus telah memikirkan dampak yang ditimbulkan oleh para penjual nasi kuning maupun nasi bungkus keliling. Tidak perlu khawatir,’’ jamin politisi Partai Demokrat ini. 
Menurutnya, plafon Rp3 juta/bulan adalah angka kompromi yang diambil dengan pertimbangan angka tersebut tidak menyentuh pegusaha warung kecil yang beromzet kurang dari Rp3 juta perbulan. Ini jauh lebih ringan dari draft usulan  Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) sebelumnya yang mengusulkan omzet  Rp1,5 juta ke atas sebagai objek pajak.
‘’Ini tentunya akan memberatkan. Makanya kita naikan menjadi Rp3 juta perbulan,’’ ulasnya. Masih menurut Arfandi, Warung ‘’Mas Joko” dipastikan akan dikenai pajak. Saat ini warung Mas Joko yang sudah menjamur di kota Palu, beromzet di atas Rp5 juta perbulan.
Warung Mas Joko adalah sebutan populer warung makan dengan menu utama ikan dan ayam goreng.
Warung yang banyak berdiri di pinggir jalan khususnya ruas jalan protokol itu, berasal dari Pulau oleh Mas Joko Jawa pada awal 90-an. Warung pertama berdiri di Jalan Samratulangi – Palu Timur di eks Sekretariat HMI Cabang Palu atau Panin Bank sekarang. Warung ini dirikan oleh Mas Joko. Hingga kini warung dengan menu utama sari laut itu, populer dengan sebutan Mas Joko. (BP004)

Buya Sabe, Kisah Balida dan Benang Sutra


 
Kota Donggala, Sulawesi Tengah menyajikan banyak tawaran pelesiran. Salah satunya menonton para penenun Buya Sabe,atau sarung Donggala. Lalu, menikmati pasir putih Tanjung Karang dan menyicipi Kaledo, makanan khasnya. Hari ini, perjalanan akan kita mulai dari desa para penenun Buya.

Pagi baru merekah, masih tersisa langit yang memerah saga di ufuk timur. Rasanya nyaman menikmati terik mentari sepanjang bibir laut Teluk Palu menuju Donggala.

Bila Anda belum pernah mendengar namanya, bolehlah membaca buku Tenggelamnya Kapal Van der Wijck milik Buya Hamka, ulama dan budayawan kesohor di masanya. Atau bacalah Tetralogi Pulau Buru milik sastrawan Pramoedya Ananta Toer. Di kedua buku itu, nama Donggala disebut sebagai tempat singgah para pelaut Nusantara dan Mancanegara. Ya Donggala identik dengan pelabuhan lautnya.

Kota tua ini pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda. Pelabuhannya dijadikan Belanda menjadi pelabuhan niaga dan penumpang. Tidak heran masih banyak bangunan tua tersisa di kota ini.

Dari Kota Palu, ibukota Provinsi Sulawesi Tengah perjalanan menuju Donggala bisa ditempuh tidak lebih dari satu jam. Jaraknya hanya 40 kilometer. Pilihan kendaraannya terserah kita.

Jika ada wisatawan yang mau datang dari Jakarta, bisa dengan pesawat Lion Air, Wings Air, Sriwijaya Air atau Merpati selama dua jam. Lalu transit di Makassar atau Balikpapan, dan 55 menit kemudian akan tiba di Bandara Mutiara Palu. Diteruskan lagi dengan menumpang mobil kijang dari Bandara Mutiara Palu dengan tarif Rp100 ribu hingga Rp150 ribu dengan lama perjalanan antara 30 menit hingga 45 menit.

Lalu hendak ke mana kita di sana? Tenang saja, tawarannya, mau ke pantai pasir putih Tanjung Karang dulu atau menonton para penenun di Banawa Tengah atau Banawa Selatan atau menikmati makanan khas Kaledo?

Rasa-rasanya kita boleh memulai perjalanan dari Banawa Tengah. Jaraknya hanya 2 kilometer arah barat Kota Donggala. Di sana kita akan menyaksikan tangan lincah para remaja dan orang tua memainkan balida di alat tenun tradisional pembuat Buya Sabe.

Buya Sabe
Dari jauh bunyi hentakan balida yang bertemu dengan pasak alat tenun tradisional sudah terdengar bunyinya. Itu tandanya kita sudah dekat dengan Desa Limboro, Kecamatan Banawa Tengah, Donggala. Balida itu, sebuah kayu panjang yang menjadi pemberat di tengah lipatan kain tenun saat penenun memasukkan benang-benang. Biasanya terbuat dari kayu ulin atau ebony.

Selama ini orang hanya mengenal kain tenun Songket dari Palembang atau Ulos dari Sumatera Utara. Padahal, di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pun ada sarung tenun yang sangat terkenal. Namanya Buya Sabe, yang bahan bakunya benang sutra.

Salah satu pusat Buya Sabe berada di Desa Limboro. Di sana tak kurang 100 penenun setiap hari bekerja. Yang menarik, tidak cuma para perempuan paruh baya berusia 50 – 60 tahun yang menjadi penenun, tapi juga pada gadis remaja berusia 12-20 tahun. Itulah yang menyebabkan tradisi tenun Buya Sabe ini terus terlestarikan. Ia tidak lekang dimakan zaman.

Biasanya mereka bekerja sejak pukul 09.00 – 12.00. Lalu diteruskan lagi pukul 13.00 – 17.00. Ada pula yang menenun di malam hari mulai pukul 19.00 – 22.00.

Bagi ibu rumah tangga, mereka menyelesaikan dulu urusan masak-memasak dan mengatur rumah. lalu kemudian menenun. Sementara bagi gadis remaja, ada yang pergi ke sekolah, ada pula yang membantu orang tuanya.

Untuk setiap satu helai Buya Sabe mereka dibayar Rp 150 ribu. Meski tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka tetap tekun menenun dan tentu saja melestarikan tradisi.

Rata-rata masyarakat Limboro adalah petani, tapi ada pula satu dua yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Karenanya, bertani dan menenun tentu saja adalah sumber mata pencaharian mereka yang utama.

Pembuatan tenun Buya Sabe ini, hampir sama dengan pembuatan tenun-tenun yang ada di daerah lain. Baik dari proses pewarnaan benang hingga penenunan.

Coraknya beragam. Antara lain, kain palekat garusu, buya bomba, buya sabe, kombinasi bomba dan sabe. Dari sekian corak tersebut, buya bomba yang paling sulit, hingga membutuhkan waktu pengerjaan satu hingga dua bulan. Berbeda dengan corak lainnya yang hanya membutuhkan waktu satu hingga dua minggu saja.

“Untuk Buya Bomba, kami mengerjakannya dengan sangat hati-hati. Karena corak yang akan dihasilkan sangat banyak. Biasanya pembuatannya sampai dua minggu atau sebulan. Biasa ada yang bilang corak bunga mawar,” kata Habona, perempuan penenun di Limboro yang berusia 56 tahun.

Kalsum, seorang gadis remaja berusia 21 tahun, juga berkata senada. “Susah juga awalnya, setelah terbiasa kita jadi menikmatinya,” aku Kalsum yang belajar menenun dari ibunya.

Tenun Buya Sabe bisa ditemukan di sepanjang Limboro, Salu Bomba, Tosale, Towale dan Kolakola. Desa-desa itu berada di sebelah barat Kota Donggala.

Selain pewarisan turun temurun, tenun Buya Sabe juga dilindungi dengan Peraturan Daerah oleh Pemerintah Kabupaten Donggala. Bahkan di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, setiap Sabtu, para Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan memakai batik yang terbuat dari Buya Sabe.

“Perda itu untuk menjaga agar tenun Donggala itu bisa lestari dan tidak diduplikasi oleh pihak lain,’’ kata Habir Ponulele, Bupati Donggala.

Harganya tergantung coraknya. Harga termurah mencapai Rp 300 ribu dan paling mahal seharga Rp 650 ribu.

Nah, sudah puaskan menonton para penenun di Limboro, hari ini?! Besok, kita akan menuju Tanjung Karang. Jaraknya dari Limboro tinggal 3 kilometer. (jafar g bua/ jgbua@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it )a

Info: Kesehatan Sering Beristirahat Bahaya Bagi Wanita Hamil?

 
Ibu Hamil
 
VIVAnews - Merasa lelah dan berat membawa beban di perut memang kerap dikeluhkan para wanita yang tengah berbadan dua. Maka tak jarang kebanyakan dari mereka selalu ingin merebahkan diri di tempat tidur.
Namun studi baru yang dilakukan oleh seorang perawat mengungkapkan  bahwa terlalu banyak istirahat dan terlalu sering merebahkan diri di kasur ternyata berdampak negatif untuk wanita yang sedang hamil.
Judith Maloni, profesor di Frances Payne Bolton School of Nursing dari Case Western Reserve University, mengatakan kajian komprehensif ini dilakukan berdasarkan 70 bukti penelitian yang telah dimuat dalam artikel yang mengungkap apakah istirahat sehat untuk ibu atau bayi.
Terlalu banyak istirahat bagi mereka yang tengah hamil berisiko menyebabkan terjadinya kontraksi dini dan masalah kehamilan lainnya seperti tekanan darah tinggi, potensi pembekuan darah atau perdarahan, yang mungkin bisa dialami dalam beberapa hari atau beberapa bulan.
"Seiring waktu, yang tersisa dalam posisi istirahat dapat mengakibatkan hilangnya tulang dan atrofi otot," kata Maloni seperti dikutip dari Times of India.
Tak hanya itu, jika ibu hamil kurang beraktifitas dan lebih banyak melakukan kegiatan santai di tempat tidur selama hampir 24 jam sehari, juga berisiko memicu depresi, dan hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan kontraksi dini yang bisa mengakibatkan terjadinya kelahiran bayi prematur.

Jumat, 17 Desember 2010

UI Masuk 15 Besar Kampus Terhijau Dunia

UI Masuk 15 Besar Kampus Terhijau DuniaLiputan6.com, Depok: Kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, menduduki peringkat ke-15 (skor 6,875) Kampus Hijau Terbaik di dunia. Prestasi ini jelas membanggakan civitas akademika UI. Sebab, UI menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menempati posisi 15 besar dari 95 perguruan tinggi di dunia yang masuk dalam pemeringkatan tersebut. Demikian rilis Kepala Kantor Komunikasi UI Vishnyu Juwono yang diterima Liputan6.com, Kamis (16/12).  Peringkat pertama diduduki Universitas California, Barkeley, Amerika Serikat (skor 8,213). Adapun posisi kedua diraih Universitas Nottingham, Inggris (skor 8,201) dan Universitas Northeastern, AS (skor 7,909) berada di urutan ketiga. Ini berdasarkan hasil riset dan survei yang dihimpun secara online oleh tim UI Green Metric kepada ribuan perguruan tinggi di dunia, pada Mei hingga November 2010.  Untuk diketahui, UI kembali melakukan inovasi di bidang lingkungan hidup dengan menyusun daftar pemeringkatan perguruan tinggi di dunia berdasarkan pengelolaan lingkungan hidup kampus, yaitu UI Green Metric Ranking of World Universities 2010. UI Green Metric adalah pemeringkatan perguruan tinggi yang pertama dan satu-satunya di dunia dengan menggunakan komitmen pengembangan infrastruktur kampus ramah lingkungan sebagai indikatornya.  UI Green Metric Ranking of World Universities 2010 secara resmi dikeluarkan pada 16 Desember 2010. Pemeringkatan ini menggunakan indikator pengembangan infrastruktur perguruan tinggi di dunia yang berorientasi pada kelestarian lingkungan hidup (kehijauan kampus), pemanfaatan ruang, efisiensi energi, penggunaan air, pengolahan limbah, dan sistem transportasi yang ramah lingkungan.  Rektor UI Prof. Dr. der Soz Gumilar R. Somantri mengatakan bahwa perguruan tinggi sebagai garda terdepan dalam menghasilkan generasi pemimpin masa depan memiliki tanggung jawab khusus untuk memimpin jalan dalam menangani masalah yang sangat nyata terkait krisis energi dan pemanasan global. Misalnya, perubahan iklim dan cuaca ekstrem, peningkatan permukaan air laut, kekurangan air, tekanan pada produksi pertanian dan perpindahan penduduk.  Melalui hasil pemeringkatan ini (UI Green Metric), menurut sang rektor, UI berharap dapat membantu masyarakat dunia dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dan membantu untuk membawa perubahan pola hidup masyarakat dunia dalam menggunakan energi dan sumber daya alam yang semakin terbatas.  Adapun metodologi yang digunakan dalam pemeringkatan UI Green Metric, yaitu berdasarkan definisi parameter pengukuran kampus hijau yang dilandasi oleh tiga filosofi dasar, yakni enviroment, economic, dan equity (3Es). Bobot masing-masing indikator penilaian terdiri dari Statistik Kehijauan Kampus (24 persen), Pengelolaan Sampah (15 persen), Energi dan Perubahan Iklim (28 persen), Penggunaan Air (15 persen), dan Transportasi (24 persen).  Penentuan kriteria pemeringkatan ini juga didasari pada komitmen perguruan tinggi dalam mengembangkan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Baik dari segi kebijakan dan pengembangan infrastruktur kampus, profil perguruan tinggi dan profil zonasi lokasi perguruan tinggi tersebut (apakah berada di wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan), serta dipengaruhi oleh bagaimana perguruan tinggi tersebut memberdayakan energi, sumber daya alam, pengelolaan limbah secara tepat guna. Setelah memperoleh kriteria mendasar, penilaian dari tiap kampus kemudian dikonversikan dalam bentuk angka yang kemudian akan dijadikan skor final bagi tiap kampus.  Setelah sukses mencanangkan program Bike to Campus dan pembangunan perpustakaan dengan konsep Green Sustainable Development di lingkungan Kampus UI, dan relokasi pohon raksasa african baobab sebagai objek kegiatan riset, maka UI Green Metric merupakan bentuk kontribusi UI dalam memberikan referensi yang berkualitas dan komprehensif terkait pengembangan sistem infrastruktur kampus di dunia yang ramah lingkungan. Adapun Beberapa pemeringkatan yang sudah dipublikasikan, seperti THES, QS, Webometrics, Shanghai Jiao Tong dan HEEACT telah menjadi sumber referensi pengembangan kualitas perguruan tinggi kelas dunia.(ANS)

Kamis, 16 Desember 2010

PROFIL KOMODITI COKLAT

Tanaman coklat merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Dari buah coklat dapat dihasilkan biji coklat melalui tahapan proses tertentu, yaitu pelepasan lendir dan pengeringan. Dari biji coklat dapat dihasilkan berbagai produk turunan seperti bubuk coklat, coklat mentega (cacao butter), emulsifier dan berbagai produk confectionary. Cangkang (pod) coklat dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan pakan ternak dan produksi pektin. Ekspor coklat Indonesia sebagian besar dalam bentuk biji coklat dengan negara tujuan antara lain Amerika Serikat, Singapura dan Brasil.

Bisnis & Investasi Empat Komoditas Jadi Andalan Bisnis Di Palu

Sebanyak empat komoditas utama Provinsi Sulawesi Tengah berupa kako, kelapa, rotan dan rumput laut akan tetap dipertahankan dan dikembangkan sebagai komoditas andalan pemerintah Kota Palu.

Untuk mencapai visi kota industri pada 2025, andalan bisnis akan disesuaikan dengan kompetensi Kota Palu dan empat komoditas tersebut penting untuk dikembangkan dalam rangka memajukan ekonomi masyarakat setempat, kata Wali kota Palu, Rusdy Mastura pada penutupan Palu Expo, Minggu malam.

Untuk mendukung program tersebut, pemerintah membuka beberapa sekolah kejuruan yang memiliki korelasi dengan potensi sumber daya alam yang ada.

"Kita sudah bangun sekolah rotan. Mungkin ini satu-satunya sekolah rotan di dunia hanya ada di Kota Palu," katanya.

Dari seluruh daerah penghasil rotan di Indonesia, Sulteng memiliki keunggulan tersendiri yakni 21 jenis rotan, sementara di daerah lain ada yang hanya satu jenis rotan saja.

Menurut Rusdy, Sulteng masih memegang peranan penting yakni sekitar 60 persen dari kebutuhan rotan nasional. Hal ini merupakan peluang besar yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah dan masyarakat.

Demikian halnya rumput laut, sangat berpeluang besar untuk dikembangkan karena Sulteng memiliki potensi budidaya rumput laut seluas 106.000 haktare (urutan ke tiga setelah Papua dan Maluku). Sementara tingkat pemanfaatan potensi tersebut baru empat persen.

"Masih luas sekali potensi yang ada belum kita manfaatkan. Ke depan harus ada tindakan untuk mengalokasikan APBD ke sektor ini," katanya.

Sulteng saat ini merupakan penghasil rumput laut ke tiga terbesar di Indonesia setelah NTB dan Sulsel dengan produksi pada 2007 sebesar 17 ribu ton kering dan naik 119 persen menjadi 42 ribu ton pada 2009.

Potensi yang besar itu, menurut Rusdy, sayang sekali belum didukung sumber daya manusia yang handal dalam pengelolaan rumput laut. Dengan melihat potensi tersebut pemerintah sudah harus membuka sekolah kejuruan rumput laut di Sulteng.

"Kita punya potensi begitu besar tapi tidak didukung dengan sumber daya manusia. Saya juga heran, kenapa perguruan tinggi kita tidak ada yang melirik ini. Tidak ada fakultas pesisir kelautan," katanya.

Ia mengatakan, jika sektor hulu kelautan tersebut dikembangkan, diyakini sektor hilir juga akan berkembang karena didukung dengan pasokan bahan baku yang ada.

Pemerintah Sulteng saat ini menetapkan strategi pengembangan klaster rumput laut yang dibagi dalam tiga zona wilayah pengembangan. Zona satu berada di Selat Makassar dan Laut Sulawesi terdiri atas pesisir Kabupaten Buol, Tolitoli, Donggala dan Palu.

Klaster zona dua yakni teluk Tomini mencakup Kabupaten Parigi Moutong, Poso, dan Tojo Unauna. Sementara zona tiga fokus pengembangan di teluk Tolo dengan didukung tiga kabupaten yakni Banggai, Banggai Kepulauan dan Morowali.

Dilarang mengutip berita ini, kecuali seizin PERUM LKBN ANTARA

Bisnis & Investasi Sulteng Maksimalkan Penggunaan TI Dalam Penangkapan Ikan

Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah akan memaksimalkan penggunaan teknologi dan informasi (TI) di sektor penangkapan guna meningkatkan produksi perikanan dan kesejahteraan nelayan.

"Tahun 2010 ini, semua pelatihan yang terkait dengan penangkapan ikan akan memperkenalkan dan menerapkan TI yang bisa diakses nelayan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo saat dihubungi di Palu, Kamis.

Salah satu produk teknologi mutakhir yang perlu dimanfaatkan nelayan adalah data citra satelit yang dapat menginformasikan zona ikan di lepas pantai serta analisis kondisi cuaca.

Dengan teknologi citra satelit ini, kata Hasanuddin, nelayan akan mengetahui dimana ikan sedang berkumpul sehingga nelayan bisa langsung ke lokasi dimaksud yang bisa dicapai dengan menggunakan peralatan GPS (global positioning system).

"Jadi tidak seperti sekarang lagi, nelayan turun ke laut tanpa mengetahui dimana ikan sedang berkumpul. Hanya spekulasi saja sehingga hasil tangkapan tidak maksimal," katanya.

Selain mengetahui posisi ikan, para nelayan juga akan mengetahui bagaimana kondisi cuaca serta gelombang laut sehingga mereka terhindar dari bahaya.

Teknologi ini, kata dia,, sudah disiapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui "website", namun belum dimanfaatkan oleh nelayan.

"Kami akan mengintensifkan pelatihan penggunaan teknologi ini pada tahun 2010. Selain itu, informasi citra satelit mengenai zona ikan yang kini baru tersedia di website Kementrian KP akan disediakan di `website` Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng," katanya.

Pelatihan ini mempunyai tiga sasaran pokok yakni meningkatkan kemampuan dan ketrampilan nelayan dalam memanfaatkan data citra satelit yang menginformasikan zona potensi ikan di lepas pantai, penggunaan alat bantu penangkapan seperti GPS serta memanfaatkan teknologi tepat guna kelautan yang sesuai dengan kondisi wilayah pesisir dan laut.

DPRD Sulawesi Tengah, kata Hasanuddin, memberikan dukungan penuh terhadap upaya ini karena akan memberikan dampak besar terhadap produksi perikanan dan ekonomi daerah serta kesejahteraan nelayan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, kata dia, dalam lima tahun ke depan akan berupaya meningkatkan produksi perikanan dari 10,76 juta ton tahun 2010 menjadi 22,39 juta ton tahun 2014 atau naik 353 persen.

Sulteng sendiri baru memberikan kontribusi sekitar 155.000 ton, dan jumlah ini masih berpeluang dinaikkan sampai 200 atau 300 persen.

Dilarang mengutip berita ini, kecuali seizin PERUM LKBN ANTARA

Dalam Jangka Panjang Petani Kakao Diuntungkan, Pasar Kakao Lebih Beragam

Jakarta, Kompas – Industri pengolahan kakao mengajak para eksportir biji kakao bekerja sama meningkatkan nilai tambah komoditas kakao dalam negeri. Adanya kerja sama akan meningkatkan pendapatan petani kakao karena pilihan pasar lebih beragam.

Menurut Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia Piter Jasman, Rabu (14/4) di Jakarta, kerja sama bisa dilakukan dengan cara eksportir mengirimkan biji kakao ke pabrik pengolahan untuk diolah. Setelah itu, eksportir bisa mengambilnya untuk diekspor dengan membayar biaya pengolahan.

Dengan kerja sama ini, akan tumbuh peluang kerja baru. Sementara eksportir tidak dirugikan karena mereka tetap bisa mengekspor kakao dengan harga lebih tinggi. Bedanya, kalau semula mengekspor produk primer dalam bentuk biji kakao, selanjutnya mereka bisa mengekspor kakao olahan, seperti bubuk cokelat dan minyak cokelat. ”Petani kakao juga akan diuntungkan karena mereka mendapatkan alternatif pasar yang lebih beragam,” katanya.

Karena banyak pilihan pasar kakao, baik ekspor langsung maupun masuk ke industri kakao, akan muncul kesadaran petani untuk meningkatkan produktivitas kakao.
Piter mengungkapkan, pasar kakao dunia terus tumbuh. Data International Cocoa Organization menunjukkan, dalam lima tahun berturut-turut permintaan cokelat dunia naik rata-rata 5 persen. Khusus untuk China naik 20 persen.
Kementerian Pertanian menargetkan produksi biji kakao Indonesia tahun 2020 naik menjadi 2 juta ton dengan melakukan intensifikasi, seperti program Gernas Kakao yang menelan dana Rp 1,34 triliun. Pasar cokelat tiga negara berpenduduk besar, seperti China, India, dan Indonesia, juga akan terus berkembang dengan target konsumsi per kapita 1 kilogram per tahun.

”Pesatnya pertumbuhan pasar kakao harus diimbangi dengan tumbuhnya industri pengolahan kakao dalam negeri. Kalau tidak, nilai tambah kakao hanya akan dinikmati negara lain,” katanya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian pada Kementerian Pertanian Zaenal Bachruddin menyatakan, pemerintah akan terus mendorong kerja sama antara petani kakao fermentasi dan industri kakao. Bantuan juga diberikan pemerintah untuk menjalin kemitraan di antara keduanya.

Zaenal menyatakan, Kementerian Perindustrian juga telah mengondisikan pengembangan industri pengolahan kakao dalam negeri sehingga Indonesia ke depan tidak semata mengekspor bahan baku, tetapi juga produk setengah jadi dan produk jadi.

Kemarin para eksportir dan pedagang kakao di Sulawesi Tengah (Sulteng) meminta pemerintah bersikap fleksibel dalam pemberlakuan bea keluar kakao. Terhadap kakao stok lama yang saat ini masih berada di gudang-gudang pedagang dan eksportir, pemerintah hendaknya tidak memberlakukan bea keluar ekspor kakao agar beban kerugian eksportir dan pedagang tidak terlalu berat.

Toni Mangintu, Wakil Ketua Asosiasi Kakao Indonesia Sulteng, di Palu, menyebutkan, stok lama yang saat ini masih tertampung di gudang-gudang mencapai 6.000 ton. Nilai materiilnya ditaksir setara Rp 15 miliar. Alangkah ruginya eksportir dan pedagang jika stok itu juga harus dikenakan bea keluar.

”Pasalnya, di lapangan, untuk stok lama ini, pedagang pengumpul sudah membayar panjar ke petani dan eksportir pun sudah bayar panjar ke pedagang. Semuanya dengan harga lama. Sekarang tidak ada yang mau harganya dikurangi,” katanya.

Menurut Toni, banyak kondisi lapangan yang tidak sepenuhnya dipahami oleh Menteri Keuangan ketika menyusun dan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/2010. Parahnya, peraturan yang terbit 22 Maret 2010 itu serta-merta diterapkan per 1 April 2010 tanpa masa sosialisasi yang memadai.
”Situasinya tidak sesederhana yang dibayangkan. Kalau kondisi seperti ini berlangsung terus, berapa banyak kerugian yang akan timbul dan sebagian besar imbasnya ke petani,” ujar Toni.

Bisnis & Investasi Eksportir Kakao Harus Buka LC Di Palu

Eksportir kakao seharusnya membuka LC (Letter Of Credit) di daerahnya masing-masing agar perolehan devisa daerahnya bisa meningkat.

" Karena itu tidak ada alasan bagi eksportir untuk tidak membuka LC di Palu, Sulawesi Tengah," kata Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia( Apindo) Sulteng, Achrul Udaya di Palu, Selasa.

Ia mengatakan, dari sejumlah eksportir kakao yang telah membuka LC-nya di Palu hanya dua-tiga perusahaan saja.

Sementara kebanyakan perusahaan yang bergerak dalam kegiatan ekspor komoditi kakao di Sulteng justru selama ini membuka LC di daerah lain seperti di Makassar (Sulsel) dan Surabaya (Jatim).

Dengan demikian, Sulteng setiap tahunnya dirugikan cukup besar, sebab perolehan devisa masuk ke Sulsel, dan Jatim.

Menurut dia, pemerintah provinsi (Pemprov) Sulteng harus tegas, memberikan teguran keras terhadap para eksportir yang hingga kini tidak membuka LC di daerah ini.

Bayangkan, telah bertahun-tahun beberapa eksportir membuka LC di luar daerah, padahal mereka melakukan usaha di wilayah Sulteng. "Ini kan merugikan daerah. Masakan produk ekspor dari Sulteng, sementara devisa ekspornya diperoleh daerah lain," katanya.

Sudah waktunya Pemprov Sulteng untuk mengambil langkah-langkah tegas dengan mewajibkan eksportir yang selama ini membuka LC di luar daerah agar segera membuka LC di Palu. Kecuali jika di daerah ini tidak memiliki bank devisa, itu bisa saja dilakukan di luar daerah.

Di Palu, ibu kota Provinsi Sulteng ada sejumlah bank devisa, diantaranya BNI 46, Bank Mandiri, dan juga Bank Danamon. Ketiganya adalah bank devisa. "Jadi tidak ada alasan lagi bagi eksportir untuk membuka LC di luar daerah," ujarnya.

Karenanya, Pemprov Sulteng harus mengistruksikan semua eksportir untuk membuka LC di Sulteng sehingga perolehan devisa tidak masuk lagi di daerah lain seperti yang selama ini terjadi.

Udaya yang juga mantan Kepala Cabang PT Sucofindo Palu itu, mengatakan, sebelum tahun 1993, kakao produksi petani Sulteng hanya diantar-pulaukan ke Sulsel dan Jatim. Kemudian dari sana eksportir mengekspor langsung ke negara tujuan.

Sulteng berhasil melakukan ekspor perdana komoditi kakao ke sejumlah negara di kawasan Asia, Amerika dan Eropa nanti pada tahun 1994 oleh PT Hakiwa. Saat itu, perusahaan tersebut membuka LC di Makassar.

Nanti pada ekspor kakao ketiga kali, barulah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor komoditi perkebunan tersebut membuka LC langsung di Palu. "Semestinya eksportir lainnya juga membuka LC di Palu, bukan sebaliknya di luar Sulteng sehingga jelas merugikan daerah ini," tamba Udaya.

Data Dinas Perindagkop Sulteng menyebutkan, setiap tahun Sulteng mengekspor biji kakao ke manca negara rata-rata 170 ribu ton. Seluruhya kakao yang diekspor para eksportir berasal dari perkebunan rakyat.

Kurun belasan tahun terakhir ini, komoditi kakao merupakan penyumbang devisa terbesar ekspor non migas Sulteng. Sekitar 75 persen dari total perolehan devisa ekspor Sulteng disumbangkan oleh komoditi itu.

Bahkan hingga kini kakao merupakan, produk ekspor unggulan Sulteng meraup devisa.
Dilarang mengutip berita ini, kecuali seizin PERUM LKBN ANTARA

* Menteri: Sektor Ekonomi Mikro Buka Ruang Bagi Perempuan


 
 
Menteri: Sektor Ekonomi Mikro Buka Ruang Bagi Perempuan
 
Pekanbaru (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan pemerintah membuka ruang sebesar-besarnya bagi perempuan untuk berperan aktif dalam sektor ekonomi mikro, kecil dan menengah.

"Sesuai petunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah membuka ruang sebesar-besarnya bagi perempuan dalam bidang ekonomi mikro, kecil dan menengah," kata Linda Amalia Sari Gumelar dalam acara pembukaan "Riau Woman Expo" di Pekanbaru, Riau, Kamis.

Menteri menambahkan, pihaknya telah melakukan kesepakatan bersama dengan Kementerian Koperasi dan UKM yang bertujuan lembaga ini meningkatkan komitmen dan aksi konkrit dalam upaya memberdayakan perempuan di bidang ekonomi.

"Mudah-mudahan kesepakatan ini dapat menjadi landasan bagi dinas terkait di daerah untuk memperkuat komitmen tersebut," katanya.

Menteri menambahkan, program tersebut bertujuan untuk memberikan ruang gerak bagi perempuan dalam berkreasi dan berkarya sehingga berujung pada peningkatan kualitas perempuan.

Hal itu menurutnya akan mempengaruhi pencapaian targer tujuan pembangunan milenium," katanya.
"Salah satu tujuan pembangunan milenium adalah menurunkan angka kemiskinan, maka dengan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi sangat mendukung tujuan bersama tersebut," katanya.

Dia menambahkan, kualitas hidup perempuan berbanding lurus dengan kondisi ekonomi sebuah keluarga.
"Dengan dilakukan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi diharapkan pendapatan akan lebih baik sehingga kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup akan membaik pula," katanya.

Rabu, 15 Desember 2010

Landasan Daya Saing Bangsa

Sepuluh Industri Prioritas Nasional 2005-2009
Sesuai RPJM dan arah kebijakan pengembangan Industri, Dalam rangka Meningkatkan daya saing telah dipilih 10 (sepuluh) Klaster Industri Inti dan beberapaklaster industri penunjang dan terkait. Untuk Pembangunan Industri 2005 – 2009, pengembangan daya saing difokuskan pada 10 klaster industri inti termasuk pengembangan industri terkait (Related Industries) dan Industri penunjang (supporting industries). Klaster Industri tersebut adalah :
  1. Klaster Industri Makanan dan Minuman
  2. Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut ( Ikan )
  3. Klaster Industri tekstil dan Produk Tekstil
  4. Klaster Industri Alas Kaki
  5. Klaster Industri Kelapa Sawit
  6. Klaster Industri Barang Kayu (termasuk rotan dan Bambu)
  7. Klaster Industri Karet dan Barang Karet
  8. Klaster Industri Pulp dan Kertas
  9. Klaster Industri Mesin Peralatan Listrik
  10. Klaster Industri Petrokimia
“Klaster Industri Adalah Pengelompokan Industri Inti
Yang Saling Berhubungan Baik Dengan Industri Terkait (Related Industries) ,
Industri Penunjang (Supporting Industries) Maupun Jasa Penunjang,
Infrastruktur Ekonomi Dan Lembaga Terkait Dalam Rangka Meningkatkan Efisien, Menciptakan Asset Secara Kolektif Dan Mendorong Inovasi.”

Info: Kesehatan Sembuhkan Diabetes dengan 'Sperma'


 
Ilustrasi sperma
 
VIVAnews - Sejumlah ilmuwan di Amerika Serikat mengembangkan teknik produksi insulin menggunakan sel induk sperma. Temuan ini terus disempurnakan agar bermanfaat untuk mengobati orang dengan diabetes tipe 1.
Diabetes terjadi akibat rusaknya sel-sel yang yang memproduksi insulin di pankreas, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk mengatur kadar gula darah.
Profesor Ian G Gallicanp daro Georgetown University Medical Centre, Washington DC, mengubah prekursor awal untuk sperma manusia, disebut sel induk spermatogonium (SSK), menjadi sel beta-islet.
Sel beta-islet ini memiliki kemampuan menghasilkan insulin, yang umumnya dihasilkan di pankreas. Saat disuntikkan ke tubuh tikus, sel ini berhasil mengatur kadar gula darah di dalam tubuh tikus tersebut.
Seperti dikutip dari laman Guardian, Gallicanp mempresentasikan hasil percobaan timnya di pertemuan tahunan 'American Society for Cell Biology' di Philadelphia.
"Tanpa sel induk, orang dewasa atau embrio dipaksa menghasilkan insulin yang cukup untuk menyembuhkan diabetes pada manusia. Tapi, tapi kami tahu SSK memiliki potensi untuk melakukan apa kami inginkan, dan kami tahu bagaimana mengembangkannya," kata Gallicano.
Gallicanp dan timnya melakukan ekstraksi SSK manusia dari testikel orang yang sudah meninggal. "Dari testikel, sel ini akan membentuk tiga lapisan kuman dalam beberapa minggu dan akan berkembang menjadi jaringan di dalam tubuh," katanya.
Dari sekitar satu gram jaringan dari testis manusia, peneliti menghasilkan sekitar satu juta sel induk. Sel ini menunjukkan kandungan penanda biologi yang identik dengan sel beta-islet, penghasil insulin.
Sel itulah yang kemudian dicangkokkan ke tubuh tikus percobaan. Tikus ini telah direkayasa tidak memiliki sistem kekebalan tubuh sehingga kadar darah menurun. Setelah mendapat cangkokan sel itu selama seminggu, tubuh tikus mulai memiliki kemampuan memproduksi insulin untuk mengatur kadar gula darah.
Peneliti masih terus mengembangkan temuannya. Mereka bereksperimen agar manusia, paling tidak pria dengan diabetes tipe 1, dapat menggunakan jaringan testikelnya sendiri untuk memproduksi insulin pengganti. Mereka juga tengah menguji kemampuan sel induk pada sel telur wanita. (pet)

Implementasi Visi dan Misi Dalam Rangka Pengembangan Industri Kota Palu

Sesuai Hasil kajian dari Universitas Indonesia mengenai kompetensi inti daerah, maka Kota Palu mempunyai Kompetensi inti antara lain : Rotan. Kakao, Rumput laut, bawang goreng dan Kelapa. Kompetensi inti ini merupakan dasar untuk mengembangan suatu industri didaerah. Komoditi rotan yang merupakan komoditi yang saat ini dikembangkan, baik itu barang jadi maupun setengah jadi telah mengalami kemajuan signifikan.
a. Industri Rotan
Pengembangan industri rotan dilakukan secara terpadu oleh semua SKPD Kota Palu terutama Dinas Perindustrtian, perdagangan, Koperasi dan UKM sebagai leading sektor. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan industri rotan antara lain :
1. Pelatihan teknis/bintek
2. Bantuan mesin/peralatan
3. Bantuan Modal kerja
4. Magang
5. Bantuan pemasaran melalui promosi pameran-pameran produk, baik pameran lokal maupun pameran nasional
Selain pembinaan seperti yang telah dialkukan. Pemerintah Kota Palu juga menjalin kerjasama dengan beberapa daerah, baik daerah yang telah berkembangan industrinya maupun daerah-daerah penyangga bahan baku. Kerjasama yang telah dilakukan antara lain :
1. Pemerintah Kabupaten Cirebon, dalam hal kerjasam teknis pengembangan industri meubel rotan
2. Pemerintah Kabupaten Sukoharjo/Solo dalam hal kerjasama magang siswa SMK 5 kriya rotan
3. Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, dalam hal pemenuhan bahan baku rotan dan cacao.
Pemerinbtah Kota Palu juga telah melakukan kerjasama dengan Departemen Perindustrian melalui beberapa Direktorat Jenderal. Kerjasama yang dilakukan dalam hal pengembangan industri rotan di Kota Palu. Hasil yang telah diperoleh Pemerintah Kota Palu dalam hal kerjasama dengan Departemen Perindustrian antara lain :
1. Pembangunan Gedung PPIRT senilai ± Rp. 5,5 m
2. Bantuan mesin rotan untuk PPIRT senilai ± Rp. 4,5 m
3. Bantuan mesin rotan untuk UPT senilai ± Rp. 3,5 m
Selain itu, bantuan Departemen Perindustrian kepada Pemerintah Kota Palu melalui dana Tugas Pembantuan sebesar :
b. Industri Cacao
Cacao merupakan komoditas perdagangan dengan nilai eksport paling tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya. Volume ekspor cacao dari kota Palu setiap tahunnya rata-rata mencapai 140.000 ton. Pengembangan industri cacao sampai ini masih dalam skala industri kecil rumah tangga. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam hal pengembangan industri kakao adalah :
1. Bintek industri kecil kakao bekerjasama dengan SMK Negeri 1 Palu
2. Bintek industri pengolahan kakao terpadu bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
c. Rumput Laut
Rumput laut merupakan komoditi penting yang mempunyai nilai jual tinggi. Rumput laut dapat dijadikan berbagai macam aneka makanan olahan. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk pengembangan rumput laut adalah dengan melakukan bintek-bintek makanan olahan rumput laut. Selain itu Pemerintah Kota Palu telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MOU) dengan Direktur Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, dan Ditjen IAK telah memberikan bantuan mesin/peralatan pengolahan rumput laut kepada kelompok-kelompok pengolahan rumput laut
d. Kelapa Terpadu
Salah satu komoditi yang masuk dalam kajian kompetensi inti daerah adalah kelapa. Kelapa salah satu komoditi yang mempunyai struktur industri (pohon industri) yang sangat banyak, mulai dari pemanfaatn akar, batang sampai pada daun kelapa., Olehnya itu pengembangan industri kelapa dikota palu dengan memanfaatkan semua unsur yang ada pada kelapa (kelapa terpdu). Buah kelapa dapt dijadikan VCO, minyak goreng, nata decoco, arang aktif, diber coir dan lain-lain. Sementara itu poemanfaatn batng untuk dijadikan aneka kerajinan batng kelapa dan meubel batang kelapa.
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan kelapa terpadu yaitu :
1. Melakukan bintek-bintek kepada pada pelaku usaha maupun wira usaha baru
2. Bantuan mesin peralatan kepada kelompok-kelompok usaha di Kecamatan Palu Utara pada tahun 2006
3. Melakukan kajian pendalaman struktur industri bekerjasama dengan Universitas Tadulako.
e. Bawang Goreng
Bawang Palu (bawang goreng) adalah komoditi yang menjadi andalan Kota Palu. Jenis/species bawang ini hanya ada di Kota Palu dengan rasa dan aroma khas yang tidak dimilki oleh daerah lain di Indonesia. Industri kecil bawang goreng dikota palu saat ini cukup berkembang. Hal ini dintandai semakin semaraknya dunia usaha jenis ini dan semakin banyaknya permintaan pasar akan bawang palu.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Palu dalam pengembangan industri bawang goreng adalah :
1. Bintek-bintek bawang goreng dengan melibatkan para perajin
2. Bantuan mesin peralatn, baik dari dana APBD maupun APBN melalui tugas pembantuan
Pemerintah Kota Palu juga telah melakukan kerjasama dengan Direktorat Jenderal Industri Kecil melalui tugas pembantuan, dengan memberikan bantuan mesin/peralatan pengolahan

Kabupaten Poso


Poso terletak di pusat dari Sulawesi atau bahkan Indonesia, berjarak 221 Km dari ibukota propinsi, Palu. Memiliki danau terbesar di Indonesia, yaitu Danau Poso dengan bentangan panjang 32 km dan lebar 16 km. Objeck wisata menarik yang ada disini adalah Taman Anggrek Alam Saluopa, Air Terjun Sulewana, Danau Poso, Goa Pamona, Cagar Alam Tanjung Api, dan banyak lagi yang lainnya.

Hasil dari sektor perkebunan antara lain, Cocoa, Kelapa, Cengkeh, Kemiri dan Kopi.

Banggai Kepulauan

Bila menyebut kata mutiara, agaknya pikiran langsung tertuju ke wilayah ujung propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Banggai Kepulauan. Karena sejak masa kolonialisme Jepang, daereh ini sudah dikenal sebagai penghasil mutiara terbesar. Tapi tahukah Anda kalau Bangkep (Banggai Kepulauan) tak sekedar punya mutiara. Ada ‘mutiara-mutiara’ lain yang nilai ekonomisnya tak kalah dengan mutiara sungguhan.

Sebutlah misalnya sebaran terumbu karang yang ternyata masih sangat rimbun. Di beberapa tempat bahkan bisa dijumpai berbagai tipe terumbu seperti barrier reef, atol reef, pringing reef, dan patch reef. Potensi ini belum seberapa. Masih banyak biota laut yang menghiasi hamparan terumbu karang tersebut. Bahkan menurut hasil penelitian belasan doktor ilmu kelautan dan biologi dari Coral Cay Conservation (CCC) Inggris, ada sedikitnya 485 spesies ikan, molucsa, dan kerang di perairan laut Bangkep. Bila jumlah spesiesnya saja sudah sebanyak itu maka jumlah populasinya jelas berlipat ganda lagi
.
Di wilayah perairan ini ditemukan pula beberapa spesies ikan langka seperti Napoleon wrasse dan Cardinal fish Banggai. Jenis ikan Cardinal fish Banggai memiliki keunikan tersendiri. Ia bertelur, menetas, dan memelihara anaknya melalui mulut, hingga bisa mandiri selama beberapa pekan. Pada awal April 2001 lalu, stasiun televisi Jepang NHK pernah menayangkan pola hidup ikan ini dalam siaran khusus berdurasi 30 menit. ”Semua ini tentu ciptaan Tuhan yang sulit ditemukan di perairan laut bumi manapun,” ungkap DR Thomas Tomacik, salah seorang dari belasan peneliti yang melakukan penelitian di sana. Ia mengusulkan agar kawasan ini tidak cuma dijadikan tempat kegiatan ekonomi dan pariwisata saja, tetapi juga laboratorium kelautan.
Sumber: www.banggai-kepulauan.go.id – Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan

“Pelabuhan Banggai Kepulauan” Foto: TelukPalu.Com

“Pemandangan ’sunset’ dari pelabuhan Banggai Kepulauan” Foto: TelukPalu.Com

Kabupaten Banggai

Berada di ujung paling timur Propinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Banggai memiliki keadaan alam yang tidak jauh berbeda dengan Pulau Sulawesi pada umumnya. Bentangan pegunungan dan dataran tinggi mendominasi permukaan tanah wilayah ini. Setidaknya terdapat delapan buah gunung yang tersebar di kecamatan-kecamatan dan sembilan sungai yang melintas.


Luwuk adalah ibukota Kabupaten Banggai, yang berjarak ± 607 km dari Kota Palu. Kota Luwuk mempunyai moto “Luwuk Berair” dengan arti kota yang “Bersih – Aman – Indah dan Rapi”. Moto ini bukan sekedar kiasan di bibir saja, terbukti kota Luwuk memang bersih, rapi dan indah, serta aman.
Sedikit dataran rendah yang terdapat dibibir pantai menjadi sentra kota, pemerintahan dan pemukiman penduduk. Sedangkan tak jauh di belakang kota adalah dataran tinggi/pegunungan yang hijau dan subur. Pemandangan Kota Luwuk sangat indah baik disiang maupun malam hari. Lokasi kota yang menghadap laut dan tanjung kecil serta berlatar pegunungan memadukan keindangan yang eksotik. Dimalam hari, kerlap-kerlip lampu-lampu dari bangunan pemukiman yang ada di lereng pegunungan menampilkan pemandangan yang indah dilihat dari pantai. Sebaliknya bila kita lihat dari pemukiman yang berada di lereng pegunungan makan akan mendapatkan pemandangan pantai dan laut yang tak kalah indah, terlebih disaat matahari terbit.

Ahli entomologi Belanda Alfred Russel Wallace menggolongkan Pulau Sulawesi dengan Kabupaten Banggai di dalamnya, berbeda flora dan fauna dengan pulau-pulau lain di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera atau Irian Jaya. Salah satu obyek wisata di Kabupaten Banggai adalah Suaka Margasatwa Bangkiriang. Areal seluas 3.500 hektar dengan jarak 56 kilometer dari Luwuk, adalah tempat perlindungan bagi Burung Maleo. Jenis unggas berukuran lebih kecil dari ayam biasa, dan memiliki cara bertelur mirip penyu ini, diperlakukan khusus oleh masyarakat setempat. Tiap tahunnya, khususnya tiap panen telur Maleo, mereka selalu mengadakan upacara Tumpe demi menghindari diri dari kutukan wabah penyakit. Acara-acara seperti itu tentunya sangat unik sebagai daya tarik wisata. Tempat wisata andalan lainnya adalah; Suaka Marga Satwa Patipati, Panorama Alam Salodik, Pulau Bandang, Pantai Kilometer 5, Air Terjun Hanga-Hanga, Lombuyan (suaka marga-satwa bagi Anoa), Pulau Tikus yang terkenal dengan pasir putihnya, dan banyak lagi lainnya.Sektor ekonomi Banggai hingga kini masih bertumpu pada pertanian, seperti tanaman palawija, perkebunan, peternakan, hortikultura, dan perikanan, didukung sektor pertambangan dan pariwisata.
Sentra industri terletak di wilayah Kecamatan Batui, yang dikenal sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu – Batui (Kapet Batui).

Potensi yang menjadi andalan daerah ini adalah, kopra, cocoa, tambang, minyak bumi dan hasil tangkap ikan laut.

Kabupaten Banggai dulunya meliputi wilayah Banggai dan Bangai Kepulauan, sampai pada tahun 1999 dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Kepulauan.

Bank: Bank yang membuka layanan nasabah di Luwuk adalah Mandiri dengan 1 ATM, BRI dengan 2 ATM, BNI dengan 2 ATM, Danamon dengan 1 ATM dan Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Transportasi ke Luwuk:
  1. Jalur darat dengan menggunakan mobil travel atau minibuss dapat ditempuh dengan waktu 12 jam. Tiket rata-rata dengan jalur darat adalah 120 ribu, untuk rental mobil rata-rata 900 ribu.
  2. Jalur udara saat ini hanya dilayani pesawat Merpati jenis Casa 212 kapasitas 18 orang yang setiap hari terbang Palu – Luwuk pulang-pergi. Waktu tempuh menggunakan pesawat adalah 1 jam 10 menit dengan tiket rata-rata Rp. 500 ribu. Penerbangan sewaktu-waktu tertunda bilamana cuaca buruk dan kurang aman untuk penerbangan pesawat jenis ini.

Sabtu, 11 Desember 2010

Arti Lambang Daerah


Lambang daerah Propinsi Sulawesi Tengah ditetapkan dengan Peraturan Daerah No.3 Tahun 1969 Tanggal 3 Oktober 1969.
Bentuk
Bentuk dari lambang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah adalah symbol bentuk jantung, melambangkan bahwa isi dari pada lambing ini tertanam dan bersumber dari hati rakyat Sulawesi Tengah
Warna
  1. Warna yang digunakan pada dasar Lambang Daerah Sulawesi Tengah adalah; Biru Langit dan warna Kuning Emas pada gambar Bintang dan Buah Padi dan warna Biru laut pada gelombang.
  2. Warna Biru melambangkan kesetiaan (pada daerah, tanah air dan cita-cita) dan juga melambangkan cita-cita yang tinggi.
  3. Warna Kuning melambangkan kekayaan, keagungan dan kuluhuran budi.
  4. Warna Merah pada tulisan “Sulawesi Tengah” dengan dasar warna putih melambangkan keberanian dan kesatriaan yang didasarkan atas hati yang suci, keiklasan dan kejujuran.
  5. Warna Hijau pada buah dan daun kelapa serta kelopak kapas, melambangkan kesuburan dan kemakmuran, dengan bumi yang subur kita menuju pada kemakmuran.
  6. Warna Coklat pada batang kelapa melambangkan ketenangan.
Gambar
  1. Lambang daerah Sulawesi tengah dilukiskan dengan pohon kelapa yang disamping merupakan modal untuk daerah ini, juga melambangkan:
    - Kesediaan untuk mengorbankan segala – galanya untuk mencapai cita-cita.
    - Seluruh bagian pohon kelapa sangat berguna bagi kehidupan manusia.
    Ketenangan dan tawakal dalam menghadapi segala tantangan.
    - Pucuk yang lurus menunjuk bintang melambangkan keteguhan hati dalam usaha mencapai cita-cita hidup.
  2. Lambang Daerah Sulawesi Tengah dijiwai oleh Pancasila yang jelas terlukis pada bintang segilima daun kelapa lima helai, dan buah kelapa lima buah. Lebih jauh hal ini memberikan pengertian bahwa dengan jiwa Pancasila, diatas relnya/jalanya Pancasila, kita hendak mencapai cita-cita negara kebangsaan yang adil dan makmur diridloi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Garis gelombang dua buah dengan masing-masing enam dan empat jalur gelombang memberikan pengertian akan sifat maritim dari Daerah Sulawesi Tengah dan disamping kekayaan alam kita, laut disekitarnya merupakan modal besar pula dalam usaha mendatangkan kemakmuran di Sulawesi Tengah.
  4. Padi dan Daun merupakan lambing umum kemakmuran. Jumlah padi dan kapas masing-masing sembilan belas dan tiga belas buah gerigi buah kapas ada empat buah.
  5. Angka 13 pada jumlah kapas, 4 pada gerigi kelopak kapas, 19 dan 6 serta 4 jumlah buah padi dan galur gelombang, memberi pengertian tanggal 13, bulan April, tahun 1964, yaitu tanggal, bulan dan tahun terbentuknya Propinsi Sulawesi Tengah.

Visi Misi

Visi : Terwujudnya Sulawesi Tengah yang aman, damai, adil dan sejahtera yang dilandasi oleh Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  1. Visi aman menekankan pada 3 fokus utama yakni :
    1. Membangun komunikasi politik dan sosial dengan seluruh elemen masyarakat
    2. Pengelolaan sumberdaya yang berbasis potensi lokal, partisipatif, kemajemukan dan integratif, serta berkelanjutan
    3. Penguatan institusi keagamaan, institusi kemasyarakatan dan peningkatan budaya damai serta ketahanan budaya lokal.
  2. Visi damai menekankan pada 3 fokus utama yakni :
    1. Menciptakan, memelihara dan menjaga iklim yang damai bagi masyarakat di sulawesi tengah
    2. Menciptakan suasana kondusif untuk investasi ekonomi produktif di Sulawesi Tengah
    3. Meningkatkan kehidupan yang rukun, harmonis, saling menghargai dan menghormati dalam masyarakat yang multietnis, multi budaya dan multi agama di Sulawesi Tengah
  3. Visi adil menekankan pada 4 fokus utama yakni :
    1. Terwujudnya pembangunan ekonomi secara adil dan merata kepada seluruh warga masyarakat
    2. Terwujudnya pelayanan Pemerintah yang baik, bersih dan amanah, serta tidak sewenang-wenang dan tidak diskriminatif.
    3. Terwujudnya Pembangunan masyarakat yang bersatu sehingga memiliki kesempatan yang sama, merata, proporsional dan nyata dalam mengakses pembangunan di Sulawesi Tengah
    4. Terwujudnya pemerintahan dan masyarakat yang dapat menghargai pembangunan hak asasi manusia
  4. Visi sejahtera menekankan pada 3 fokus utama yakni :
    1. Mewujudkan kesejahteraan ekonomi, sehingga dapat menekan tingginya angka kemiskinan.
    2. Mewujudkan kualitas hidup masyarakat sehingga mereka dapat mengakses sumber daya ekonomi
    3. Mewujudkan kemandirian masyarakat sehingga menekan ketergantungan masyarakat terhadap Pemerintah.
Misi :
  1. Mewujudkan Kondisi Stabilitas Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat
  2. Mewujudkan Kehidupan Yang Damai Bagi Seluruh Masyarakat Sulawesi Tengah
  3. Mewujudkan Rasa Keadilan Bagi Seluruh Masyarakat di Sulawesi Tengah
  4. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Yang Semakin Meningkat

Peta Wilayah


Pembagian Daerah Administratif Propinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 9 (sembilan) Kabupaten dan 1 (Satu) Kota Madya, meliputi 85 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 1.300, desa dan 132 Kelurahan.
No.
Kabupaten / Kota
J u m l a h
Kecamatan
Desa
Kelurahan
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Banggai Banggai Kepulauan
Poso
Tojo Unauna
Morowali
Donggala
Parigi Moutong
Toli Toli
Buol
Kota Palu
9 9
17
-
8
14
6
9
9
4
218 158
212
-
208
254
104
73
72
-
22 6
29
-
10
9
4
5
4
43
JUMLAH
85
1300
132

Unit Pelayanan Tehnis (UPT) Rotan

Thursday, 23 July 2009 17:19 Last Updated on Tuesday, 23 March 2010 00:45 Written by Administrator 


POTENSI rotan Indonesia seolah tak pernah ada habisnya. Hal ini disebabkan 80 persen bahan baku rotan dunia terdapat di negeri ini.  Ekspor Indonesia sendiri mencapai berbagai belahan dunia baik Eropa, Amerika, ASEAN hingga Timur Tengah.
Membaca  peluang tersebut lewat visi Walikota Palu untuk menjadikan Kota Palu sebagai pusat Industri dan sentra industri rotan nasional pada tahun 2010, maka dilahirkanlah sebuah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPT) Rotan sebagai Implementasi dan pengembangan berkelanjutan sektor ekonomi masyarakat.

Faktor sumber daya alam menjadi potensi besar bagi pengembangan rotan Sulawesi Tengah, terdapat endemik khas rotan sulteng seperti jenis lambang, barang, tohiti noko dan berhagai jenis lainnya yang diperkirakan berjumlah 12 jenis.
Kondisi alam Sulteng yang umumnya merupakan tanah berkapur diperkirakan banyak mengandung silika, kandungan ini diperkirakan memiiikI pengaruh bagi kelenturan dan daya tahan rotan. Pasokan roran Kota Palu sendiri mencapai sekitar 50.000 sampai 60.000 ton atau memasok 50 sampai 60 persen rotan nasional.
Berangkat dan potensi itulah pemerintah Kota Palu berupaya melakukan sinergitas dengan seluruh pihak untuk mendirikan UPT rotan Kota Palu. Hingga saat ini fokus pengembangan UPT rotan adalah memberikan fasilitas peralatan mesin rotan, pemasaran, pendidikan dan pelatihan. Untuk peralatan dan mesin hingga saat ini pemerintah telah mengalokasikan pembangunan duaa pabrik dan gudang sebagai fasilitas penunjang untuk menuju perbaikan umum dan pengolahan rotan Sulawesi Tengah.
Permintaan terhadap kebutuhan meubel dan futniture yang relatif mahal menjadi peluang besar bagi pengembangan industri meubel rotan dalam memberikan nilai tarnbah masyarakat lokal. Kehadiran UPT in akan mengarahkan pada industri barang jadi namun dengan basis rumah tangga.  Cirebon karena basis industrinya tetap berdasarkan pemberdayaan rumah tangga sehingga akan saling menopang dengan pabrik rotan yang akan di ban gun di kawasan industri.
Sedangkan untuk pengembangan dan perbaikan mutu barang jadi, UPT rotan sedang memfokuskan pada perbaikan Sumber daya manusia yang akan menjadi pelaku dunia usaha rotan. Sesuai dengan arah kebijakan pemerintah kota pada tahun 2006-2007, pemerintah kota melalui dinas Pendidikan dan Pengajaran membuka jurusan baru pada tingkat sekolah kejuruan yang ditempatkan di SMK Negeri 5 Palu.
Melalui kehadiran sekolah Kria rotan ini sejumlah pelatihan- pelatihan mengenai pengolahan rotan dilakukan sebagai sarana mengasah keterampilan. Beberapa pekan lalu tenaga pengajar yang ada di SMK 5 diberangkatkan ke Cirebon untuk magang.
Model pelatihan yang diberikan juga berdasarkan kensentrasi berbagai bidang baik pengawetan, anyam, rangka desain hingga Finishing.
Harapan besar bagi UPT rotan ke depan  adalah memaksimalkan peran UPT menjadi unit pelayanan bagi mereka yang melakukan pengolahan terhadap rotan. UPT milik masyarakat Industri rotan selain mereka mencari produk dan sekaligus arah pengembangan rotan, UPT rotan juga bisa dijadikan tempat berbagi pengetahuan bagi kemajuan bersama ekonomi rakyat kota Palu bahkan Sulawesi Tengah.

Pusat Pengembangan Industri Rotan Terpadu

Pendirian Pusat Pengembangan Industri Rotan Terpadu berdasarkan pendelatan klaster industri pengolahan rotan di Kota Palu merupakan sebuah program terpadu dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Palu. Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari visi dan misi Pemerintah Kota Palu.
Program ini akan akan dilaksanakan secara bertahap selama kurung waktu 2005-2009. Secara umum, program yang akan dikembangkan dibagi dalam beberapa kegiatan sebagai berikut
Program Utama
Strategi Implementasi
1
2
3
1.
Sosialisasi dan penyusunan program aksi
a) Melakukan kerjasama dengan semua stakeholders yang berkepentingan dalam induatri dan perdagangan rotan.
b) Melakukan pengkajian, seminar dan lokakarya penyusunan program pengembangan industri dan perdagangan rotan terpadu di Kota Palu
2.
Menjalin Kerjasama Kemitraan dengan berbagai stakeholders dalam industri dan perdagangan rotan
a) Melakukan kerjasama saling menguntungkan dengan semua stakeholders yang berkepentingan dalam induatri dan perdagangan rotan
b) Membangun kolaborasi saling menguntungkan dengan industri rotan yang telah maju di Pulau Jawa dalam bidang disain produk, pengembangan dan diversifikasi produk, pemasaran dan pembinaan SDM
3.
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Teknologi Produk
a) Menjalin kerjasama dengan industri yang telah maju di Pulau Jawa dalam rangka program alih pengetahuan dan teknologi
b) Membangun kerjasama dengan pemerintah pusat dalam kerangka pembinaan dan peningkatan SDM
c) Menyusun pola pengembangan SDM melalui pembinaan berkelanjutan bagi pedagang dan pengrajin rotan
d) Mengembangkan program pelatihan secara berkelanjutan bagi instruktur dan teknisi
e) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam membuka Sekolah Kerajinan Rotan
f) Pengembangan diklat-diklat yang mencakup soft ware dan hard ware didukung oleh SMK Plus Khusus Rotan
4.
Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan
a) Pengembangan industri rotan yang berorientasi ekspor melalui pendirian UPT Rattan Centre di Kota Palu
b) Menumbuhkembangkan kelompok WUB melalui pebentukan dan pembinaan Klaster Industri Rotan
c) Melakukan pembinaan berkelanjutan terhadap klaster / kelompok tani rotan
5.
Pengembangan disain dan kualitas produk
a) Pemanfaatan standar ukuran dan mutu yang mengacu pada kebutuhan produk dengan daya saing tinggi.
b) Mengembangkan diversifikasi produk melalui pengembangan produk olahan rotan dan bahan alternatif bukan rotan
c) Mendatangkan instruktur kerajinan rotan dari Bogor dan Cirebon.
d) Melakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan industri rotan yang telah mapan dalam pengkajian dan pengembangan disain dan dan kualitas produk secara berkelanjutan
6.
Pengembangan sarana dan prasarana produksi
Menjalin kerjasama saling menguntungkan dengan semua stakeholders dalam penyiapan dan pengembangan sarana dan prasarana produksi industri dan perdagangan rotan di Kota Palu
7.
Promosi dan penetrasi pasar
a) Pengembangan jaringan pemasaran DN/LN melalui uji coba pasar dalam rangka penetrasi pasar kerjasama dengan industri rotan di Pulau Jawa
b) Peningkatan partisipasi promosi dan pameran melalui pengiriman misi dagang ke negara-negara luar.
c) Pemerintah Kota Palu menfasilitasi program pemasyarakatan produk rotan pada setiap instansi dan lembaga non pemerintah (hotel, perusahaan dan restauran)
d) Pemanfaatan teknologi informasi untuk promosi
8.
Pengkajian kebijakan dan kualitas bahan baku/produk
Menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga riset lainnya dalam pengembangan kualitas bahan baku dan kualitas disain/produk.
9.
MONEV, koordinasi, Pendampingan dan tindak lanjut
a) Menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dengan melakukan MONEV dan pendampingan secara bersama dan berkesinambungan
b) Mengembangkan mekanisme kerja interaktif melalui pertemuan koordinatif dengan Departemen Perindustrian secara berkala
c) Mengembangkan langkah tindak lanjut hasil MONEV, pendampingan dan hasil pertemuan koordinatif

Secara substansial, kegiatan-kegiatan tersebut dijabarkan dalam bentuk rencana riil kegiatan dan dibagi dalam empat kelompok program kegiatan utama, yaitu:
1. Program kemitraan
2. Program pengembangan SDM
3. Program pengkajian dan aplikasi percontohan
Program pengembangan sarana dan prasarana
Strategi Dan Kebijakan Pengembangan PPIRT
Strategi
Untuk mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut, akan diterapkan suatu strategi yang lebih berorientasi pada upaya meningkatkan industri kecil dan menengah dengan model Klaster Industri yang ditopang oleh industri berskala besar. Strategi umum tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ø Membangun klaster industri rotan secara bertahap sesuai kemampuan SDM yang dimiliki.
Ø Membangun aliansi/kerjasama dengan kelompok retail dan Whole Saler sehingga meningkatkan pangsa pasar di pasar nasional internasional
Ø Meningkatkan kemampuan untuk memproduksi High Quality Product dan membangun kemampuan “Disain Produk”
Ø Meningkatkan nilai tambah di sepanjang rantai nilai, yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani rotan
Dalam operasionalisasi program kegiatan, disusun strategi impelemntasi sebagai berikut:
a. Pada bidang bahan baku rotan, meliputi:
1) Melakukan penkajian tentang bahan baku rotan melalui penelitian terhadap jenis-jenis rotan non favorit guna mencari jenis rotan alternatif baru dan mensosialisasikannya kepada seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengolahan dan industri rotan.
2) Peningkatan pemanfaatan berbagai jenis bahan baku rotan yang berkualitas, terutama yang belum favorit
3) Penciptaan distribusi bahan baku dari daerah-daerah secara efisien dan berkesinambungan melalui kemitraan dan pembinaan para petani pemungut dan pengumpul.
b. Pada bidang teknologi dan SDM
1) Pengembangan industri rotan yang berorientasi ekspor melalui pendirian Rattan Centre di Kota Palu.
2) Pemanfaatan standar ukuran dan mutu yang mengacu pada kebutuhan produk dengan daya saing tinggi.
3) Diversifikasi produk melalui pengembangan produk olahan rotan.
4) Mendatangkan instruktur kerajinan rotan dari Bogor dan Cirebon.
5) Pengembangan diklat-diklat yang mencakup soft ware dan hard ware didukung oleh SMK Plus Khusus Totan.
c. Pada bidang pemasaran
1) Pengembangan jaringan pemasaran DN/LN melalui uji coba pasar dalam rangka penetrasi pasar
2) Peningkatan partisipasi promosi dan pameran melalui pengiriman misi dagang ke negara-negara luar.
3) Peningkatan peran perwakilan RI di luar negeri (Duta, Atase Perindag, dll.).
4) Pemerintah Kota Palu menfasilitasi program pemasyarakatan produk rotan pada setiap instansi dan lembaga non pemerintah (hotel, perusahaan dan restauran)
5) Pemanfaatan teknologi informasi untuk promosi
Kebijakan
Untuk menunjang strategi pengembangan yang telah diuraikan di atas, akan disusun suatu kebijakan secara sistematis dan konsiten dalam implementasinya berupa:
a. Melakukan koordinasi dengan instasi terkait dalam pengembangan industri rotan
b. Melakukan deregulasi perizinan
c. Menekan sekecil mungkin biaya produksi
d. Melakukan penguatan dan pemantapan struktur industri, termasuk pengembangan infrastruktur.
e. Menfasilitasi peningkatan kualitas SDM dan kualitas produk yang ramah likungan dalam rangka meningkatkan daya saing dalam perdagangan ekspor
f. Penegakan hukum secara adil dan berkeadilan
g. Menciptakan jaminan keamanan dan ketertiban masyarakat
h. Menfasilititas program promosi dan ekspansi pasar baik secara langsung maupun melalui pemanfaatan sistem teknologi informasi secara terbuka
i. Mengembangkan managemen secara profesional, transparan dan akuntabel.
j. Melakukan monitoring dan Evaluasi (Monev) serta tindak lanjut secara berkala.
k. Pengembangan dan penerapan Standar Operasional Praktis (SOP) berdasarkan konsep ISO 9000

 
Powered by Blogger