Featured Video

Rabu, 08 Desember 2010

Kakao

Thursday, 23 July 2009 17:26 Last Updated on Wednesday, 21 April 2010 01:43 Written by Administrator
Kinerja komoditas kakao Indonesia relatif baik. Nilai ekspor biji kakao Indonesia pada 2006 mencapai US$ 975 juta atau meningkat 9,9% per tahun (2002-2006). Ekspor kakao Indonesia sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan pada 2003, tetapi pada tahun 2004 kinerja ekspor komoditas ini kembali meningkat, baik dari sisi volume maupun nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor yang dicapai selama periode 2005-2006 telah kembali melampaui volume dan nilai ekspor pada tahun 2002.
Share Produksi Kakao Indonesia Menurut Propinsi (2005)
Sumber: Dirjen Perkebunan
Negara tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalah Malaysia, AS, Singapura dan Brasil (hampir 60% ekspor kakao Indonesia ke negara-negara tersebut). Peningkatan ekspor yang signifikan pada tahun 2005-2006 merupakan akibat dari peningkatan volume ekspor yang tinggi diimbangi dengan naiknya harga komoditas. Luas areal perkebunan kakao Indonesia pada 2006 mencapai 1,19 juta hektar dan 92,8% adalah perkebunan rakyat dengan rata-rata pertumbuhan lahan 7,4% pertahun dalam 4 tahun terakhir
Dari 1,19 juta luas lahan tersebut hanya 70% saja yang menghasilkan. Rendahnya luas tanaman yang menghasilkan (TM) disebabkan oleh banyaknya tanaman kakao berusia diatas 25 tahun yang sangat tidak produktif. Namun demikian, pertumbuhan rata-rata luas tanaman yang menghasilkan (TM) selama 4 tahun terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan luas lahan, yakni mencapai 8,6% per tahun. Prosentase tertinggi TM terhadap luas lahan dicapai oleh kebun negara yang mencapai 89,4%, sebaliknya kebun swasta dan kebun rakyat relatif rendah.
Produksi buah kakao tahun 2006 mencapai 779,5 ribu ton atau tumbuh rata-rata 3,8% per tahun dalam 4 tahun terakhir. Produksi didominasi oleh kebun rakyat yang mencapai 92,9% dari total produksi. Jika dibandingkan negara lain, pertumbuhan produksi kakao Indonesia termasuk rendah (Ghana dan Equador masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,2%). Produktivitas kebun kakao mencapai 654 kg/ha pada 2006, mengalami penurunan yang cukup tajam bila dibandingkan tahun 2002 yang mencapai 726 kg/ha.
Sulawesi Selatan merupakan pemasok/ produsen utama kakao Indonesia, diikuti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari ke empat propinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan propinsi dengan pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,6%. Di luar propinsi di atas, pertumbuhan produksi tertinggi terjadi di propinsi Aceh, Lampung, dan Kalimatan Timur dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing 12,5%, 14,3% dan 16,3%. Jika dilihat lebih rinci, sentra kakao terdapat di Kabupaten Kolaka Utara, Parigi Mountong, Kolaka, Luwu Utara, Mamuju, Polewali Mandar, Donggala, dan Poso. Ke delapan daerah/kabupaten tersebut menguasai hampir 50% produksi kakao Indonesia.
Nilai Tambah Dari Pengolahan Kakao Kota Palu
Produk dengan bahan baku kakao di kota Palu harus ditingkatkan nilai tambahnya melalui pengolahan lanjutan. Indonesia merupakan negara produsen nomor 2 di dunia setelah Pantai Gading dan Propinsi Sulawesi memberikan kontribusi sebesar 17,7%.  Selama ini hasil perkebunan cokelat berupa biji cokelat sebagian besar diekspor ke Amerika.  Biji kakao tersebut masih berupa bahan baku/bahan mentah belum diolah bahkan belum difermentasi, akibat kakao yang diekspor berupa bahan mentah dan masih belum difermentasi mengakibatkan harga jual kakao dari Indonesia termasuk Kota Palu nilai harga jualnya menjadi lebih rendah di pasar internasional.
Dengan kondisi tersebut biji kakao dapat ditingkatkan nilai tambahnya, dengan perlakuan fermentasi terlebih dahulu agar harga lebih tinggi, selanjutnya perlu ditingkatkan daya saing dapat dengan mendorong industri dalam negeri maupun luar negeri, industri rumah tangga hingga industri berskala menengah dan besar dalam mengembangkan industri pengolahan kakao lebih lanjut menjadi bahan jadi. Hasil produk olahan biji kakao tersebut akan bernilai ekspor yang tinggi di banyak negara.
Pengembangan pengolahan industri kakao lebih lanjut yang dapat dikembangkan di Kota Palu dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pohon industri tersebut menunjukkan banyaknya industri turunan yang dapat dikembangkan dari bahan mentah kakao yang sangat berpotensi dikembangkan di Kota Palu

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum_

    saya seorang mahasiswa semester 7.
    butuh data seputar kakao sulawesi tengah dan nasional.
    dimanakha saya dapat memperolehnya dengna segera?
    data tersebut saya perlukan untuk kebutuhan skripsi saya.
    ini alamat email saya:
    tray_5454stis@yahoo.com

    BalasHapus

 
Powered by Blogger