Kinerja komoditas kakao Indonesia relatif baik. Nilai ekspor biji kakao Indonesia pada 2006 mencapai US$ 975  juta atau meningkat 9,9% per tahun (2002-2006). Ekspor kakao Indonesia  sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan pada 2003, tetapi pada  tahun 2004 kinerja ekspor komoditas ini kembali meningkat, baik dari  sisi volume maupun nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor yang dicapai  selama periode 2005-2006 telah kembali melampaui volume dan nilai ekspor  pada tahun 2002.
Share Produksi Kakao Indonesia Menurut Propinsi (2005)

Sumber: Dirjen Perkebunan
Negara  tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalah Malaysia, AS, Singapura dan  Brasil (hampir 60% ekspor kakao Indonesia ke negara-negara tersebut).  Peningkatan ekspor yang signifikan pada tahun 2005-2006 merupakan akibat  dari peningkatan volume ekspor yang tinggi diimbangi dengan naiknya  harga komoditas. Luas areal perkebunan kakao Indonesia pada 2006  mencapai 1,19 juta hektar dan 92,8% adalah perkebunan rakyat dengan  rata-rata pertumbuhan lahan 7,4% pertahun dalam 4 tahun terakhir
Dari  1,19 juta luas lahan tersebut hanya 70% saja yang menghasilkan.  Rendahnya luas tanaman yang menghasilkan (TM) disebabkan oleh banyaknya  tanaman kakao berusia diatas 25 tahun yang sangat tidak produktif. Namun  demikian, pertumbuhan rata-rata luas tanaman yang menghasilkan (TM)  selama 4 tahun terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan luas lahan, yakni  mencapai 8,6% per tahun. Prosentase tertinggi TM terhadap luas lahan  dicapai oleh kebun negara yang mencapai 89,4%, sebaliknya kebun swasta  dan kebun rakyat relatif rendah.
Produksi  buah kakao tahun 2006 mencapai 779,5 ribu ton atau tumbuh rata-rata  3,8% per tahun dalam 4 tahun terakhir. Produksi didominasi oleh kebun  rakyat yang mencapai 92,9% dari total produksi. Jika dibandingkan negara  lain, pertumbuhan produksi kakao Indonesia termasuk rendah (Ghana dan  Equador masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,2%). Produktivitas kebun kakao  mencapai 654 kg/ha pada 2006, mengalami penurunan yang cukup tajam bila  dibandingkan tahun 2002 yang mencapai 726 kg/ha.
Sulawesi  Selatan merupakan pemasok/ produsen utama kakao Indonesia, diikuti  Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari ke empat  propinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan propinsi dengan  pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,6%. Di luar propinsi di atas,  pertumbuhan produksi tertinggi terjadi di propinsi Aceh, Lampung, dan  Kalimatan Timur dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing 12,5%, 14,3%  dan 16,3%. Jika dilihat lebih rinci, sentra kakao terdapat di Kabupaten  Kolaka Utara, Parigi Mountong, Kolaka, Luwu Utara, Mamuju, Polewali  Mandar, Donggala, dan Poso. Ke delapan daerah/kabupaten tersebut  menguasai hampir 50% produksi kakao Indonesia.Nilai Tambah Dari Pengolahan Kakao Kota Palu
Produk  dengan bahan baku kakao di kota Palu harus ditingkatkan nilai tambahnya  melalui pengolahan lanjutan. Indonesia merupakan negara produsen nomor 2  di dunia setelah Pantai Gading dan Propinsi Sulawesi memberikan  kontribusi sebesar 17,7%.  Selama ini hasil perkebunan cokelat berupa  biji cokelat sebagian besar diekspor ke Amerika.  Biji kakao tersebut  masih berupa bahan baku/bahan mentah belum diolah bahkan belum difermentasi, akibat kakao yang diekspor berupa bahan mentah dan masih belum difermentasi  mengakibatkan harga jual kakao dari Indonesia termasuk Kota Palu nilai  harga jualnya menjadi lebih rendah di pasar internasional.
Dengan kondisi tersebut biji kakao dapat ditingkatkan nilai tambahnya, dengan perlakuan fermentasi  terlebih dahulu agar harga lebih tinggi, selanjutnya perlu ditingkatkan  daya saing dapat dengan mendorong industri dalam negeri maupun luar  negeri, industri rumah tangga hingga industri berskala menengah dan  besar dalam mengembangkan industri pengolahan kakao lebih lanjut menjadi  bahan jadi. Hasil produk olahan biji kakao tersebut akan bernilai  ekspor yang tinggi di banyak negara.
  Pengembangan pengolahan industri kakao lebih lanjut yang dapat  dikembangkan di Kota Palu dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pohon  industri tersebut menunjukkan banyaknya industri turunan yang dapat  dikembangkan dari bahan mentah kakao yang sangat berpotensi dikembangkan  di Kota Palu




assalamu'alaikum_
BalasHapussaya seorang mahasiswa semester 7.
butuh data seputar kakao sulawesi tengah dan nasional.
dimanakha saya dapat memperolehnya dengna segera?
data tersebut saya perlukan untuk kebutuhan skripsi saya.
ini alamat email saya:
tray_5454stis@yahoo.com